Cagar Biosfer Komodo: Pengawal Ekosistem dan Budaya di Tengah Kepulauan Indonesia

Cagar Biosfer Komodo: Pengawal Ekosistem dan Budaya di Tengah Kepulauan Indonesia

Cagar Biosfer Komodo (CBK) adalah salah satu kawasan lindung yang sangat penting di Indonesia, terletak di kawasan Sunda Kecil. CBK merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo (TNK), yang dikenal sebagai rumah bagi satwa purba yang langka, yaitu komodo. Kawasan ini tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi penyangga ekologis yang vital bagi masyarakat sekitar.

Sejarah dan Peran Cagar Biosfer Komodo

Cagar Biosfer Komodo memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan fungsi hidrologi wilayah sekitarnya. Menurut Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Manggarai Barat Theresia Yunita, CBK berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan kawasan lindung, khususnya untuk perlindungan flora dan fauna. Selain itu, CBK juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim dan penyediaan jasa ekosistem yang bermanfaat bagi masyarakat lokal.

CBK secara resmi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1977 dan kemudian diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Kawasan ini juga menjadi simbol nasional sejak 1992 dan mendapatkan status Taman Nasional Model pada tahun 2006.

Luas dan Struktur Wilayah CBK

Luas kawasan inti CBK mencapai 1.817 km², terdiri dari 603 km² daratan (33%) dan 1.214 km² perairan laut (67%). Adapun kawasan inti CBK meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Gilimotang, serta pulau-pulau kecil lainnya di sekitar keempat pulau tersebut. Terdapat usulan perluasan area CBK dengan tambahan 22 km² tanah dan 479 km² perairan laut.

CBK memiliki bentang alam yang sangat unik, termasuk sabana, hutan dataran, hutan hujan tropis di puncak gunung, hutan pantai, hutan bakau, dan perairan laut. Daerah tersebut dipengaruhi oleh angin muson, sehingga iklim secara umum kering. Namun, di daerah seperti perbukitan dan pegunungan, iklim lebih lembab.

Zonasi dan Fungsi Kawasan CBK

Zonasi Cagar Biosfer Komodo Berbagai Jenis Ekosistem

CBK memiliki sistem zonasi yang terdiri dari beberapa zona, antara lain:

  • Zona Inti: Area yang mutlak dilindungi dan hanya boleh digunakan untuk kegiatan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penelitian.
  • Zona Rimba: Zona yang di dalamnya tidak diperbolehkan adanya aktivitas manusia sebagaimana pada zona inti, kecuali kegiatan wisata alam terbatas.
  • Zona Perlindungan Bahari: Daerah dari garis pantai sampai 500 meter ke arah luar dari garis isodepth 20 meter sekeliling batas karang dan pulau, kecuali pada zona pemanfaatan tradisional bahari.
  • Zona Pemanfaatan Wisata Daratan: Zona yang diperuntukkan secara intensif hanya bagi wisata alam daratan.
  • Zona Pemanfaatan Tradisional Daratan dan Bahari: Zona yang dapat dilakukan kegiatan untuk mengakomodasi kebutuhan dasar penduduk asli dalam kawasan dengan izin hak khusus pemanfaatan.
  • Zona Khusus Permukiman: Zona untuk bermukim hanya bagi penduduk asli dengan peraturan tertentu.
  • Zona Khusus Pelagis: Zona yang dapat dilakukan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut lainnya dengan alat yang ramah lingkungan.

Keanekaragaman Hayati di CBK

Keberagaman Hayati Cagar Biosfer Komodo Spesies Burung dan Ikan Laut

CBK menyimpan kekayaan sumber daya hayati yang sangat berharga. Di kawasan ini terdapat 277 spesies hewan, termasuk 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Selain komodo, terdapat juga rusa timor, babi hutan, monyet ekor panjang, dan kerbau liar. Di perairan CBK juga terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu dan sekitar 1.000 spesies ikan.

Selain itu, CBK juga menjadi sumber plasma nutfah yang memberikan manfaat iptek, pendidikan, pelatihan, dukungan budidaya perikanan, ekowisata, dan jasa ekosistem lainnya.

Wisata dan Konservasi di CBK

Wisatawan Melihat Komodo di Alami Liar Cagar Biosfer Komodo

CBK tidak hanya menjadi tempat perlindungan satwa langka, tetapi juga menjadi destinasi wisata yang menarik. Wisatawan dapat merasakan sensasi melihat komodo di alam liar, baik di Taman Nasional Komodo maupun di Cagar Alam Wae Wuul di Labuan Bajo. Di sini, wisata dilakukan dengan prinsip tidak ada eksploitasi, seperti tidak memberi makan komodo. Prinsip wisata satwa liar ini melibatkan pengamatan menggunakan kamera atau “hunting fotografi”.

CBK juga memperhatikan kesejahteraan satwa liar dan menjaga aspek ekonomi tanpa meninggalkan prinsip ekologi. Dengan begitu, CBK tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Kesimpulan

Cagar Biosfer Komodo adalah kawasan lindung yang sangat penting bagi ekosistem dan budaya di Indonesia. Dengan luas kawasan yang cukup besar dan struktur zonasi yang terencana, CBK berperan sebagai penyangga ekologis yang vital. Selain itu, CBK juga menjadi destinasi wisata yang menarik dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Dengan tetap menjaga prinsip konservasi, CBK akan terus menjadi tempat perlindungan bagi satwa langka dan kekayaan alam Indonesia.

Copyright © 2025 Rupa-Rupa Postingan