Ketahui Kebiasaan Kecil yang Dapat Merubah Hidup
Hei Rupawan people, sudah pernah baca buku keluaran tahun 2018 yang judulnya Atomic Habits karya James Clear? buku itu mengajarkan kita life hack untuk mencapai tujuan-tujuan kita dalam jangka panjang melalui kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari.

Ternyata kebiasaan kecil yang sering kita anggap remeh itu ternyata dapat berdampak pada kehidupan kita di masa mendatang. Pernah nggak sih kita berpikir, kalau kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan, tanpa sadar bisa memberikan dampaknya negatif atau positif?
Di buku Atomic Habits ini ada cerita tentang:
Tim balap sepeda, yang pada tahun-tahun sebelumnya, belum pernah memenangkan kejuaraan. Namun, yang mengejutkan adalah tim ini semenjak 2008 hingga 2018, bisa menempati peringkat pertama. Lalu, apa sih rahasianya? Sebenarnya pelatihnya nggak banyak mengubah hal, karena yang tadinya latihan 8 jam akan tetap 8 jam. Satu pertanyaannya: kok bisa ya? Namun, yang dilakukan pelatihnya adalah perbaikan 1% setiap harinya. Misalnya, ruang ganti, yang tadinya warnanya gelap diganti menjadi cerah. Atau, tempat duduk diganti dengan yang lebih pas agar bisa mengurangi cedera.
Ketika kita melakukan perbaikan 1% setiap harinya, maka dalam setahun kita akan menjadi 37 kali lipat lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga dengan kebiasaan buruk. Selama satu tahun, jika dilakukan secara terus-menerus, maka kita akan menurun menjadi 3% dari diri kita sebelumnya. Kita akan mendengar lebih banyak lagi, kisah-kisah yang menginspirasi lainnya di dalam buku ini. Tujuannya adalah untuk mengetahui ternyata hal-hal kecil yang kita lakukan berulang-ulang bisa berdampak besar.

Hal Kecil Yang Sebenarnya Berdampak Besar Pada Hidup Kita
Sadar atau tidak sadar, kebiasaan-kebiasaan itu seperti atom dalam hidup kita. Setiap kebiasaan adalah bagian penting yang berkontribusi dalam perkembangan diri.
Mungkin itu juga yang menginspirasi judul dari buku ini, Atomic Habits. Nah, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas bagaimana hal-hal kecil yang kita lakukan sebenarnya berdampak besar, perhatikan contoh ini:
Jika seorang pilot pesawat terbang yang terbang dari Indonesia menuju Los Angeles saja, katakanlah, mengubah arah hanya 3,5 derajat ke selatan. Itu sudah dapat mengubah arah pesawat tidak lagi menuju dan mendarat di Los Angeles.
Kita tidak akan menyadari perubahan kecil tersebut, tetapi itu sudah dapat mengubah arah pesawat menuju ke tempat lain. Hal yang sama, juga berlaku untuk kebiasaan-kebiasaan yang mungkin dianggap sepele, tapi sebenarnya memiliki dampak besar dalam jangka panjang.
Well, ada baiknya mulai sekarang kamu mengevaluasi kebiasaan-kebiasaan kecil kamu, agar bisa mencapai target yang diinginkan. Kalau kamu misalnya mau jadi lebih sehat, mungkin kamu bisa alokasikan waktu beberapa kali dalam sebulan untuk berolahraga. Atau, dalam hal keuangan, ada baiknya kamu juga membiasakan diri untuk hal-hal kecil seperti mencatat pengeluaran dan pemasukan yang kamu dapet.
Sebelum kita masuk ke intinya, apakah sekarang kamu sudah tahu kebiasaan-kebiasaan kamu? Kalo kamu udah tahu, apa kamu mau mengubahnya menjadi lebih baik? Kalo iya, maka poin-poin selanjutnya sangat cocok buat kamu pelajarin dan praktikin
Kebiasaan Adalah Perilaku yang Kita Pelajari dari Pengalaman
Kebiasaan merupakan perilaku-perilaku yang otomatis, dan biasanya kita pelajari dari pengalaman. Kalau sesuatu sudah menjadi kebiasaan, kita tidak merasa terbebani melakukan hal itu. Setiap orang bisa memiliki kebiasaan yang berbeda, yang mana misalnya kebiasaan si A, bisa jadi sulit banget dilakukan si B, ataupun sebaliknya.
Misalnya, pernah nggak kamu bangun tidur dan hal pertama yang kamu lakukan adalah mematikan alarm di HP? Buat sebagian lain, mungkin hal pertama yang mereka lakukan adalah berdoa atau minum segelas air putih. Tapi kalo kamu belum terbiasa melakukan dua hal yang terakhir, pasti bakal sulit untuk memulai.
Nah, pertanyaannya kok bisa ya kebiasaan itu terbentuk sedemikian rupa dan berbeda-beda antara orang satu dengan yang lain? Kalau menurut James Clear, pada dasarnya otak kita mencari tahu bagaimana merespons situasi yang baru melalui proses yang dia namakan "trial and error".
Di abad ke-19, seorang psikolog bernama Edward Thorndike, melakukan ekspreimen:
Thorndike mencoba memasukkan beberapa kucing ke dalam sebuah kotak hitam secara bergantian. Tentu dong, setiap kucing akan secara otomatis mencoba untuk mencari jalan keluar dari kotak itu. Awalnya, mereka mengendus-ngendus kotaknya, sampai mereka bisa menemukan dan menekan tuas yang akan membuka jalan keluar dari kotak itu. Setelah itu, barulah kucingnya bisa keluar.
Eksperimen ini dilakukan berulang kali.
Semakin lama, kucing-kucing ini semakin lihai mencari pintu keluar dari dalam kotak itu.Yang awalnya mereka menghabiskan waktu yang cukup lama, setelah 20-30 kali percobaan, mereka bisa keluar dari kotak hanya dalam waktu 6 detik.
Nah, inilah yang kemudian dinamakan kebiasaan. Pola yang sama juga terjadi buat manusia. Mungkin untuk kita, bangun pagi itu sulit banget. Tapi, kalau kita gigih dan bertekat untuk masang alarm di malam sebelumnya dan berniat melawan ngantuk di pagi hari, lama-kelamaan ini menjadi mudah dikarenakan otak kita telah mengenali bangun pagi sebagai kebiasaan. Sekarang kita sudah memahami bagaimana cara kebiasaan terbentuk, jadi sudah siapkah kita untuk membangun kebiasaan positif mulai hari ini?
Butuh Pancingan dan Rencana agar Kebiasaan Baik Selalu Berjalan Teratur
Kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki itu biasanya dipicu atau dirangsang oleh sinyal atau sugesti tertentu. Misalnya nih, bunyi notifikasi di HP kita, bisa jadi sugesti untuk mengecek ada pesan masuk. Coba, siapa di sini yang pernah niatnya cuma mau mengecek notif, ternyata satu dua jam berlalu.
Nah, ketika sudah kita mengerti ternyata sugesti atau sinyal tertentu bisa merangsang kebiasaan, kenapa kita tidak menggunakan informasi ini untuk mengubah kebiasaan kita, ya kan? Misalnya:
- Kamu mau latihan gitar? Letakin aja gitarnya di tempat paling mudah dijangkau di kamar.
- Mau makan snack yang lebih sehat? Coba diletakin di atas meja makan.
Ini karena pada dasarnya, otak kita secara tidak sadar akan mengambil sesuatu jaraknya dekat dengan kita. Begitu pula sebaliknya dengan kebiasaan buruk.
Misalnya:
Kamu punya kebiasaan buruk nonton TV hingga larut malam. Nah, coba sekarang TV kamu disimpan di lemari, remotenya disimpan, dan diberesin kabel-kabelnya. Jadi, setiap mau nonton, harus ribet karena harus keluarin TV dulu dari lemari, pasang kabelnya, remotenya lupa entah disimpan dimana, lama-lama kebiasaan buruk ini akan menjadi sulit dilakukan.
Kita pasti nggak mau ini hanya bertahan sebentar, jadi kita memerlukan rencana yang jelas agar kebiasaan-kebiasaan ini tetap teratur. Kalau sebelumnya kita belajar tentang bagaimana membuat sugesti sejelas mungkin, sekarang kita akan belajar bagaimana membuat rencana sejelas mungkin.
Banyak orang yang berniat, “gue mau diet, ah!” tapi tidak mau melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan alias wacana doang. Nah, inilah alasan kenapa rencana yang jelas itu perlu banget.
Kalau kamu mau diet, kamu nggak bisa diet cuma menahan makan. Puasa bagaimana pun nggak ada gunanya kalau kamu nggak membakar kalori yang masuk.
Makanya, proses terpenting dalam diet itu justru olahraganya. Kalau kamu mau nge-gym, coba buat rencana seperti hari apa saja? Senin-Rabu-Jumat? Jam berapa? Di mana? Nah, kalau rencana sudah clear, melakukannya juga akan jadi lebih gampang. Jadi, pastikan, keinginan kamu untuk berubah, diikuti dengan rencana dan sugesti yang jelas.

Berikan Hadiah pada Diri Kita Sendiri, Ketika Kita Berhasil Melakukan Kebiasaan Baik
Ada sebuah kisah di tahun 1954,
Dua orang neuroscientist bernama James Olds dan Peter Milner melakukan sebuah percobaan untuk melihat apa yang merangsang adanya desire dalam diri manusia. Mereka menggunakan tikus sebagai bahan percobaan dan menghalangi masuknya hormon dopamine dalam tubuh tikus. Mereka nggak menyangka kalau tikus-tikus itu akan kehilangan keinginan mereka untuk hidup. Beberapa hari kemudian, semua tikus itu mati.
Otak manusia pun melepaskan hormon dopamin yang membuat kita merasa lebih baik ketika kita melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti makan makanan favorit kita. Tapi tahu nggak, kalau kita juga bisa mendapatkan dopamin ini dengan mengantisipasi kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Ini yang mendorong kita melakukan sesuatu.
Dalam cara kerja otak manusia, menginginkan sesuatu itu sejalan dengan melakukan tindakan untuk mendapatkan yang kita inginkan. kamu bisa memanfaatkan pengatahuan ini waktu kamu mau menciptakan kebiasaan baru. Kalau kamu membuat kebiasaan kamu menjadi sesuatu yang kamu inginkan, kamu pasti lebih gampang melakukannya.
Lalu, bagaimana ya caranya agar kita yang nggak suka olahraga sama sekali, bisa jadi suka olahraga? Salah satu cara yang James Clear sarankan itu dengan membuat aktivitas yang kita lakukan menjadi lebih menarik. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan memberikan rewards kepada diri sendiri kalau kita berhasil menjalankannya. Jadi, misalnya kalau kamu sudah selesai gym, dan katakanlah kamu hobi main game, maka kamu bisa main game setelah nge-gym.
Berikan Hukuman Ketika Diri Kita Tidak Mencapai Target yang Diinginkan
Mengubah kebiasaan itu sulit sekali. Coba lihat orang yang ingin berhenti merokok? Apakah dengan mudah ia dapat berhenti merokok? Nggak, kan? Agar perubahan yang kita lakukan bisa konsisten atau bahkan permanen, pastikan kita menuliskan perkembangan yang sudah berhasil kita capai setiap harinya. Teknik ini juga digunakan oleh Benjamin Franklin.
Sejak usia 20 tahun, dia mencatat kesuksesannya setiap malam di dalam buku hariannya. Dalam buku inilah ia mencatat 13 prinsip-prinsip pribadi yang harus coba dia terapkan di dalam hidupnya, termasuk menghindari percakapan-percakapan yang tidak begitu penting dan selalu melakukan sesuatu yang berguna.
Kamu juga bisa kok meniru apa yang dilakukan oleh Benjamin Franklin. Caranya cukup dengan rajin menulis diari setiap harinya. kamu juga bisa membuat to-do list di pagi hari sebelum kamu beraktivitas dan sembari kamu melakukan kegiatan kamu, kamu bisa mencentang apa saja yang sudah kamu lakukan hari itu.
Selain cara itu, kamu bisa mengatur kebiasaan kamu dengan memberikan sanksi pada diri kamu sendiri kalau kamu gagal mengikuti rencana kamu. Tahu nggak apa yang dilakukan oleh pengusaha dari Nashville, Bryan Harris, untuk membangun kebiasaannya berolahraga?
Kalau ia gagal memakan sesuai dengan porsi yang diberikan oleh pelatihnya, ia harus membayar pelatihnya $100. Kalau ia gagal menimbang berat badannya setiap minggu, dia harus membayar $500 pada istrinya!
Jadi, nggak selamanya bekerja diawasi itu nggak bagus ya, teman-teman. Adakalanya bekerja sambil diawasi itu bisa menjadi dorongan yang powerful untuk kita. Siapa coba yang mau kehilangan $600 hanya karena gagal diet dan menimbang berat badan?
Tapi lihat, karena motivasi ini, Harris sukses berkomitmen pada kebiasaan barunya. Bagaimanapun kecilnya kebiasaan positif yang kita lakukan, tetap saja kebiasaan kecil ini akan menjadi jalan bagi kita untuk meraih hal-hal besar dalam kehidupan kita.
Kesimpulannya Nih!
Nah Rupawan people... perubahan yang kita inginkan tidak bisa terjadi hanya dalam waktu yang singkat. Kita harus memiliki perencanaan, strategi yang tepat, serta pengevaluasian terhadap kebiasaan-kebiasan baik yang ingin kita bangun. Itulah ide utama yang ingin disampaikan dalam buku ini. Ingat, perubahan yang baik terjadi karena adanya kebiasaan-kebiasaan kecil yang baik yang kita lakukan setiap harinya. Apakah kamu sudah siap untuk menjadi 1% lebih baik dari hari kemarin?