Review Buku - Ego is the Enemy by Ryan Holiday

Buku yang akan dibahas kali ini merupakan buku karya Ryan Holiday yang berjudul Ego is the Enemy yang dirilis pada tahun 2016. Buku ini akan membuka mata kamu dan terdapat banyak hal dapat diambil untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Review Buku - Ego is the Enemy by Ryan Holiday

Tentang Buku Ini

Ryan Holiday mengatakan bahwa halangan dan rintangan dari luar bukanlah musuh terbesar untuk menjadi sukses, melainkan ego dari dalam diri kita sendiri. Ego sangat mempengaruhi diri seseorang.

Di awal karir ego dapat menghambat pembelajaran serta pengembangan bakat yang kita miliki. Ketika kita sukses pun ego dapat membuat kita menjadi lupa diri dan tidak bisa melihat kesalahan yang telah diperbuat. Bahkan Disaat jatuh dan gagal, ego akan membuat kita merasa jauh lebih sakit dan sulit untuk disembuhkan.

Intinya, ego akan selalu hadir dan terus menahan potensi yang kita miliki. Lalu apa yang dapat kita perbuat?

Buku ini akan menjawab pertanyaan kamu dalam menggunakan contoh dari tokoh-tokoh sejarah dan budaya. Mulai dari mencari mentor hingga mempelajari bagaimana cara mendelegasikan tugas. Dari sini kita juga akan diberitahu mengenai bagaimana kerendahan hati mampu memudahkan jalan menuju sukses.

Jadi, bagi kamu yang mungkin pernah dianggap arogan (meski kenyataannya tidak demikian),  kamu yang masih bingung karena baru saja memasuki level manajerial atau kamu yang sudah sukses namun bingung menghadapi popularitas buku ini akan sangat membantumu.


Ego: Keinginan untuk Mendapatkan Pengakuan Tanpa Berusaha

Ego adalah keinginan untuk memperoleh pengakuan tanpa ingin melakukan suatu aksi untuk mendapatkannya. Meskipun biasanya pengakuan diperoleh sebagai buah dari kesuksesan,  tapi kenyataanya tidak sedikit orang yang ingin mendapat pengakuan (terkenal) sebelum mereka sukses.

Salah satu contoh yang diangkat oleh Ryan Holiday yaitu sebuah cerita tentang Mantan Presiden Amerika Serikat,  Ulysses S. Grant. merupakan seorang Jenderal yang cukup populer di Angkatan Darat Amerika Serikat.

Usai perang saudara ia mencalonkan diri sebagai Presiden dan berhasil memenangkan Pemilihan Umum saat itu. Meski belum memiliki pengalaman di bidang politik, Beliau tetap berkeinginan memenangkan pemilihan presiden.

Sehingga dapat disebut sebagai contoh orang yang mengedepankan egonya atau dengan kata lain egoist.

Definisi egoist disini tidak sama dengan “egois” dalam bahasa Indonesia yang artinya “mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain.”

Selain ego, manusia juga memiliki ambisi. Dasar dari sebuah ambisi adalah prestasi yang nyata. Contohnya dapat dilihat dari seorang Jenderal yang bertugas di Kemiliteran bersama dengan Grant yaitu William Tecumseh Sherman. Beliau merupakan sosok jenderal yang sukses namun tidak egoist. Sherman tidak ikut-ikutan ketika Grant dan pemimpin militer lainnya terjuan ke dunia politik.

Bukan tidak mampu atau tidak hebat, melainkan Sherman adalah seorang yang ambisius. Orang-orang yang ambisius biasanya memiliki dorongan yang besar untuk menguasai bidangnya sebaik mungkin atau ingin menjadi ahli di bidang tersebut. Mereka bahkan tidak peduli jika nanti kesuksannya akan dirayakan atau tidak.

Dalam percakapannya dengan Lincoln, secara jelas Sherman menyatakan bahwa ia tidak tertarik untuk menjadi presiden. Ia lebih memilih untuk tetap bekerja keras di bidang yang dikuasainya, yaitu kepemimpinan dalam dunia militer.


Terus Belajar Dalam Mengendalikan Ego

Agar tidak muncul dipermukaan, apakah ego harus dibuang dan dikubur dalam-dalam? Jawabannya adalah tidak. karena sedikit ego yang sehat seringkali berperan penting untuk bisa mencapai kesuksesan. Ego membuat kita ingin berkompetisi dan meyakinkan orang lain akan kelebihan yang dimiliki serta memacu kita untuk terus melakukan sesuatu yang lebih baik. Namun sayangnya, ketika telah mencapai titik kesuksesan ego seringkali menjadi semakin besar.

Bagaimana caranya agar kita dapat mengendalikan ego?

Salah satu cara yang terbilang cukup sederhana yaitu dengan memposisikan diri sebagai murid yang tidak akan pernah berhenti belajar. Meskipun kamu telah mahir dalam suatu bidang dan terus meyakini bahwa selalu ada orang lain yang tinggi dan lebih hebat dari kamu.

Ryan Holiday juga mengambil contoh dari pengendalian ego yang dilakukan oleh Kirk Hammett seorang gitaris terkenal.

Pada tahun 1980, ia diminta bergabung dengan Metallica yang merupakan band metal terbesar saat itu. Dapat dipastikan nantinya ia akan dipuja-puja oleh penggemar metal di seluruh dunia. Namun ia menyadari bahwa bukan berarti ia tidak perlu belajar lagi.

Hammett lalu memutuskan untuk berguru pada seorang legenda gitar dunia yaitu Joe Satriani. Ia pun berhasil untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam bermain gitar.

Kirk Hammett berarti bukan orang mudah puas dengan segala apa yang telah dicapainya. Bayangkan saja kalau para penemu besar dunia terlalu cepat puas dan bangga terhadap pencapaiannya di awal?

Bagaimana jika Steve Jobs cepat berpuas diri usai menciptakan komputer Apple II? Tentu kita tidak akan dapat menjumpai iPhone dan iPad di pasaran. Lalu kenapa kita cenderung bersantai setelah menggapai kesuksesan?

Merasa puas merupakan hasil dari rasa bangga pada diri kita. Kebanggaan berbeda dengan ego, namun kedua sangat berhubungan. Kebanggaan adalah sebuah pembenaran dari ego yang dapat membuat kita merasa bahwa keberhasilan adalah tanda kalau diri kita istimewa.

Karena terlalu sibuk berbangga diri, sehingga tidak melihat adanya sesuatu yang bisa diperbaiki dan hal-hal besar yang masih bisa diraih.

Agar tidak terus berfokus pada rasa bangga tersebut, kita harus mempertimbangkan bagaimana orang lain yang lebih rendah hati dalam menanggapi sesuatu. memang bukan sesuatu yang mudah namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.


Jaga Ego Dalam Mendelegasikan Tugas

Apakah kamu termasuk dalam orang-orang yang sulit mempercayai rekan kerja atau tim? Sebenarnya kamu bukan tidak percaya dalam arti curiga kepada rekan kerja, atau kamu hanya tidak yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik sesuai dengan standar yang kamu miliki. Menurut Ryan Holiday, ini merupakan salah satu tanda bahwa ego kamu perlu untuk dikendalikan.

Dalam perjalanan karir, saat kamu mulai memegang peran manajerial biasanya akan timbul konflik dengan ego. dimana kamu mungkin sering mendapat pengakuan atas pekerjaan yang dilakukan, tapi sekarang tengan menjalankan peran baru dimana kamu dipercayakan untuk mengawasi pekerjaan orang lain.

Tidak sedikit orang yang mengemban tugas tersebut kemudian sedikit lalai dan menimbun pekerjaan yang seharusnya mereka kerjakan. Ego mereka mengatakan bahwa merekalah satu-satunya orang yang mampu mengerjakan tugas tersebut dengan benar.

Oleh karena itu, kamu perlu berlatih untuk mengandalkan tugas itu sendiri sehingga kamu akan memaksakan diri untuk menghargai dan mempercayai pekerjaan orang lain.

Tidak ada seorangpun yang dapat hidup sendiri, jadi, kenapa kita selalu berfikir bahwa keberhasilan hanya milik kita sendiri? Memang sangat mudah untuk kita terjerumus pada rasa bangga atas keberhasilan sendiri dan meyakini bahwa kesuksesan bisa diraih dengan usaha sendiri. Apakah semua itu benar?

Daripada mencari pujian untuk diri sendiri, sebaiknya berbagi penghargaan dengan orang lain. misalnya ketika proposalmu diterima oleh atasan, ucapkanlah terimkasih kepada pihak-pihak yang membantu pengerjaan proposal meski itu hanya sedikit. Apresiasi seperti ini akan membuat dihargai dan memperkuat posisi kamu di perusahaan. Dengan begitu, nantinya tim kamu akan menunjukkan performa yang lebih baik lagi selanjutnya.


Tetap Salah, Padahal Sudah Melakukan yang Terbaik

Siapa yang tidak kecewa dan kesal ketika ide terbaik yang kita keluarkan di tolak atau ketika tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan? Kenapa kita bisa merasa seperti itu? Ternyata hal tersebut terjadi karena ego dalam diri kita mengatakan bahwa kita berhak mendapatkan rewards. Tapi kamu harus ingat bahwa dunia tidak selalu berjalan seperti yang kita kehendaki.

Terkadang walaupun kita telah bekerja keras dan melakukan hal yang terbaik yang kita bisa tetap saja kita tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Sudah pasti kita diselimuti perasaan kecewa. Lalu apa yang harus dilakukan?

Menurut Ryan Holiday, daripada larut dalam perasaan kecewa, sebaiknya kita mengapresiasi pekerjaan yang telah kita lakukan. Akui bahwa kita tidak selalu bisa mengendalikan hasil dari pekerjaan dan opini setiap orang. Hasil yang tidak terduga sebenarnya merupakan sebuah kesempatan untuk merefleksikan kinerja kita dengan jujur.

Disisi lain, kita harus ingat dan memahami bahwa keberuntungan tidak sama dengan kesuksesan yang dihasilkan dari kerja keras. Jadi, kita dituntut untuk jujur terhadap diri sendiri terkait kinerja yang dimiliki.

Sebagai contoh dari tim football New England Patriots yang secara “untung-untungan” memilih Tom Brady dimana saat itu ia merupakan pemain dengan prestasi yang kurang menonjol. Tapi pada akhirnya berhasil menjadi salah satu quarterback terbaik dalam sejara NFL.

Ia pun membantu Patriots dalam meraih empat gelar juara di Super Bowl.

Meski kejadian ini dapat dikatakan sebagai keberuntungan belaka, tapi manajemen dari Patriots tidak cepat berpuas diri, mereka terus bekerja lebih keras untuk memperbaiki program pencarian bakat dapat menemukan penerus Tom Brady lainnya.

Jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, luangkan waktu sejenak untuk memahami kenapa hal tersebut bisa terjadi dan terus kembangkan usaha terbaikmu untuk memperoleh kesempatan yang lebih baik di masa depan.


Closing

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ego bukanlah sesuatu yang bisa dikembangkan dengan sengaja. Ego merupakan bagian dari kepribadian yang berkembang secara alami, terutama jika berhubungan dengan kesuksesan. Kalau tidak dikendalikan maka ego dapat menghambat  jalan kamu untuk sampai ke puncak kesuksesan.

Buku ini sangat menarik dan enak untuk dibaca. Tulisannya yang mudah dipahami serta contoh-contoh yang diambil berasal dari tokoh-tokoh besar dunia sehingga terkesan familiar.

Keahlian penulis dalam meramu kata-kata memang sudah tidak diragukan lagi. Ryan Holiday adalah kontributor khusus untuk koran New York Observer dan Mantan Director of Marketing American Apparel, sebuah perusahaan yang bergerak di industri pakaian. Bahasa yang digunakan juga sangat lugas dan tidak berbasa-basi.

Quotes

Membuat orang terkesan itu benar-benar berbeda dengan benar-benar mengesankan.
Mayoritas orang sukses itu tidak terkenal. Mereka memang menginginkannya seperti itu. Dengan begitu, mereka tetap fokus melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kamu itu tidak sehebat yang kamu kira. Kamu tidak bisa memastikan semuanya akan lancar. Tetap fokus. Lakukan yang lebih baik.