Review Buku - The Everything Store by Jeff Bezos & Amazon
Kali ini kita akan mengulas mengulas sebuah buku karya Brad Stone yang berjudul The Everything Store.

Tentang Buku Ini
Buku ini akan mengajak kamu untuk masuk ke dalam seluk-beluk sebuah perusahaan besar yang cukup terkenal. Dimana perusahaan tersebut milik Jeff Bezos yang awal karirnya dimulai dari Garasi Rumahnya sendiri. Ya Jeff Bezos yang kini termasuk dalam salah satu orang terkaya di dunia. Buku ini menceritakan mengenai sepak terjang yang dialami Jeff Bezos dalam menbangun situs Amazon.com.
Buku ini berhasil masuk dalam daftar Best Seller versi The New York Times dan Wall Street Journal pada tahun 2013. Buku ini pun sudah diterjemahkan ke lebih dari 35 bahasa yang ada di seluruh dunia. Sang penulis Brad Stone Pun mendapatkan penghargaan Financial Times-Goldman Sachs Book of The Year untuk buku yang dikemas dalam bentuk semi-biografi. Meski terdapat hal yang cukup menarik, dimana buku ini mendapatkan rating bintang satu dari MacKenzie Bezos (istri Jeff Bezos) karena menurutnya banyak cerita yang kurang akurat.
Brad Stone melakukan riset terhadap kehidupan Jeff Bezos sampai kepada cara kerja dari internal Amazon dan hubungannya dengan para pemasok barang yang dapat dikatakan cukup impresif. Cerita dalam buku mengalir dengan baik dan bahasa yang digunakan oleh Brad Stone Pun cukup mudah untuk dipahami.

Mimpi yang Menjadi Kenyataan
Pada tahun 1994, Jeff Bezos ternyata sudah paham akan potensi internet di masa depan. Padahal saat itu sebagian besar orang-orang dunia masih buta akan internet. Saat itu Bezos masih bekerja untuk perusahaan hedge fund atau perusahaan pengelola investasi global, D.E Shaw & Co.
Meski masih bekerja diperusahaan yang dipimpin orang lain. namun ia dan beberapa temannya pun telah memiliki mimpi untuk membangun perusahaan online di masa depan. Dimana ia berharap perusahaannya akan menjadi wadah berkumpulnya para produsen dan konsumen serta menyediakan dan menjual produk apapun dari seluruh dunia.
Jeff Bezos pun sangat mengagumi cepatnya penyebaran internet hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan berfokus mewujudkan impiannya yang akan membuat perusahaan online yang menjual segalanya. Jeff Bezos memilih pindah ke Seattle, Amerika Serikat dan mulai mendirikan Amazon dari garasi rumahnya.
Karena menyadari bahwa ia tidak bisa langsung mewujudkan toserba online nya begitu saja, sehingga di awal bisnisnya ia pun membatasi untuk menjual beberapa kategori saja untuk membangun katalog dari produknya. setelah melalui analisis yang mendalam, akhirnya Jeff Bezosmemutuskan untuk menjual buku.
Apa yang terjadi kemudian adalah kisah sukses yang tidak tertandingi. Kisah yang sangat brilian ini menggambarkan jalan pikiran Jeff Bezos  yang sangat unik (idiosinkratis). Inilah hal yang akan kamu temui saat membaca buku karya Brad Stone satu ini. Selain mempelajari rahasia sukses dari Amazon.com dan ide apa saja yang mempengaruhi pendirinya yakni Jeff Bezos. Kamu juga akan mengetahui sebuah fakta tentang aspek negatif yang ada dalam kisah perusahaan tersebut.

Pelanggan Adalah Raja
Sejak awal Jeff Bezos memang sangat serius dan mempertimbangkan kenyamanan pelanggan ketika berbelanja di toko online miliknya dan sedikit demi sedikit menambahkan fitur dan fungsi yang awalnya dianggap tidak masuk akal namun ternyata fitur dan fungsi tersebut sangat bermanfaat untuk membantu pelanggannya. Usai itu Jeff Bezos  pun menyadari salah satu keunggulan yang dimiliki oleh e-commerce dibanding usaha atau pasar tradisional. Dimana jenis usaha ini dapat membantu Jeff Bezos  sebagai pelaku usaha dengan mudah menganalisis perilaku konsumen dan hal ini selalu menjadi perhatian Amazon hingga saat ini.
Disini kita dapat melihat kalau Jeff Bezos  dan Amazon sangat didorong oleh orientasi pelanggan. Amazon pun dengan lantang memformulasikan hal ini kedalam usaha mereka, “Tujuan kami adalah untuk menjadi perusahaan yang paling terpusat pada pelanggan di dunia.” Bahkan beredar kabar bahwa para karyawan di kantor tersebut paling takut ketika mendapati email dari Jeff Bezos hanya berisi tanda tanya. E-mail itu biasanya berisi forward-an email komplain dari pelanggan.
Tak hanya menjunjung tinggi kepuasan pelanggan, budaya dalam perusahaan Amazon ini pun cukup menarik dan unik. Contohnya tidak ada yang melakukan presentasi ketika meeting internal sedang berlangsung. Orang yang seharusnya melakukan presentasi justru diminta untuk membuat sebuah tulisan sebanyak enam halaman dengan menjabarkan ide-ide yang mereka miliki. Dan semua orang yang akan ikut dalam meeting termasuk Jeff Bezos harus membacanya pada saat meeting namun hanya dibaca dalam hati.
Hal ini memang akan memakan banyak waktu dan biasanya hingga 30 menit untuk memahaminya. Meski begitu Jeff Bezos percaya bahwa cara tersebut membuat pegawainya yang mau tidak mau harus memikirkan idenya sendiri dengan kritis. jadi, mereka dapat menjelaskan ide tersebut secara persuasif kepada rekan kerja yang lain.
Hal unik lainnya yang terdapat di perusahaan Amazon yaitu “aturan dua Pizza” atau two pizza rule, maksudnya tidak satupun dari grup atau tim di perusahaan yang jumlahnya melebihi jumlah orang yang bisa kenyang ketika diberi makan dua loyang pizza. Hal ini dilakukan karena Jeff Bezos menganggap bahwa pertemuan suatu grup besar atau banyak anggota tidak akan maksimal atau tidak produktif.
Oleh karena itu, seluruh perusahaan diatur dalam unit-unit kecil yang jumlah kurang dari 10 orang. Masing-masing grup bersaing untuk memperoleh sumber daya. Mereka ditugaskan untuk mengatasi berbagai macam masalah besar yang mengganggu kepuasan pelanggan.
Sang pendiri Amazon ini menginginkan sebuah organisasi yang terdesentralisasi dimana tim-tim kecil bisa mengembangkan ide-ide yang inovatif daripada melakukan brainstorming dengan peserta yang banyak. ia percaya bahwa kelompok-kelompok kecil memiliki keunggulan yaitu kelincahan. Mereka mampu menerapkan ide dengan lebih cepat sehingga dapat menyelesaikan tugasnya, yaitu menguntungkan para klien.

Pemikiran Jangka Panjang
Menurut Jeff Bezos, Amazon memiliki kekuatan utama dimana perusahaan tersebut rela untuk tidak dipahami orang lain. ini juga diterapkan dalam model usahanya sampai pada tingkat tertentu. Diluar banyak yang membicarakan Amazon sering mengalami kerugian jangka pendek, namun resiko tersebut diambil karena Amazon berpikir jangka panjang. Hebatnya merek siap menerima kerugian-kerugian jangka pendek selama hal itu dapat membantu pengembangan perusahaan dalam mewujudkan tujuan jangka panjangnya.
Amazon telah mengeluarkan banyak uangnya selama bertahun-tahun untuk membangun infrastruktur. Para investor pun seringkali dibuat gerah karena perusahaan kerap mengalami kerugian. Namun sekarang kita semua bisa melihat dengan jelas bahwa investasi besar-besaran tadi memperkuat posisi Amazon sebagai universal online retailer.
Jeff Bezos menegaskan kalau kamu bisa melakukan apa saja yang harus dilakukan secara proaktif agar para pelanggan bahagia bahkan jika tindakan tersebut bisa menyebabkan kerugian jangka pendek. Tindakan tersebut menciptakan kesetiaan pelanggan pada Amazon sehingga pada akhirnya menghasilkan keuntungan bagi perusahan secara konsisten.
Menurut pandangan penulis Brad Stone terdapat perbedaan mendasar antara Amazon dan perusahaan lainnya yang fokus utamanya pada rencana jangka panjang. Sejak awal Jeff Bezos didorong oleh visi yang luas dan ia pun memahami bahwa membutuhkan beberapa dekade agar visi tersebut dapat diwujudkan. Bahkan proyek-proyek pribadi Jeff Bezos di luar Amazon juga bisa menjadi bukti dari pemikiran jangka panjang yang dimiliki dan diterapkannya.
Salah satu contohnya yaitu ia mendanai pembangunan jam mekanik yang terletak di bawah tanah kota Texas, Amerika Serikat. Jam tersebut dirancang untuk bisa beroperasi selama 10.000 tahun tanpa memerlukan banyak perawatan.
Danny Hills, sang penemu jam mengatakan bahwa jam “Clock of the Long Now” hanya akan berdetik sekali dalam setahun. “Century Hand” akan bergerak setiap 100 tahun sekali. Disetiap milenium burung kuku akan muncul dari dalam jam dan mulai berkicau.
Adapun ide di balik jam itu adalah untuk menghadirkan perasaan para pengunjung monumen tentang betapa luasnya horizon waktu dan memancing pikiran untuk berpikir jangka panjang. Jeff Bezos ingin mengubah perspektif waktu dengan cara yang sama seperti foto bumi yang diambil dari luar angkasa serta memberikan pemahaman baru atas luar angkasa.

Pengalaman Penting Dari Sebuah Kesalahan
Brad Stone menemukan bahwa Amazon memiliki pendekatan yang sangat berani, dimana perusahaan tersebut tidak  takut untuk mencoba hal baru meski belum menganalisisnya secara menyeluruh meski hal tadi berakhir pada kesalahan. Jeff Bezos memilih langsung mempraktekkannya daripada harus menunggu proses analisis yang memakan waktu lama apalagi sampai ia melewatkan kesempatan untuk mencoba hal baru.
Jeff Bezos sampai membuat penghargaan “Just do it” artinya lakukan saja untuk para pegawainya yang berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Terutama jika hal tersebut berada diluar wilayah pekerjaannya. Penghargaan ini diberikan kepada karyawan yang inisiatifnya gagal selama mereka bertindak dengan niat serta keberanian dalam prosesnya.
Perusahaan Jeff Bezos ini tidak memberikan hadiah berupa uang agar sesuai dengan prinsip hemat yang telah mereka anut. Tapi akan dibelikan sepatu sneaker Nike preloved dari para pemain basket terkenal.
Usai sukses menjadikan perusahaannya sebagai penjual buku ritel secara online, Amazon kemudian mengembangkan sayapnya ke dunia musik, film, perangkat elektronik dan mainan. Tapi orang-orang saat itu tidak mengetahui kalau buku-buku ini diterbitkan oleh Amazon yang menawarkan jasa tambahan di situsnya, yaitu jasa cloud computing, Amazon Web Services (AWS) yang telah mengubah Amazon menjadi perusahan campuran antara online store dan perusahaan teknologi.
Tidak sedikit pihak yang membeli storage space dan kekuatan komputasional melalui AWS seperti Badan usaha milik pemerintah, NASA bahkan CIA. Jasa ini merupakan tulang punggung dari berbagai online start-up selain itu juga tersedia server untuk perusahaan seperti instagram dan netflix.
Kindle yang merupakan usaha sampingan Jeff Bezos, muncul secara tiba-tiba di permukaan sebelum pesaingnya bisa mengetahuinya. Tindakan cepat yang dilakukan Jeff Bezos ini adalah untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya akan e-reader dimana saat itu membaca e-book cukup populer. Generasi pertama Kindle diluncurkan pada november 2007.
Hal yang terduga terjadi dimana dalam waktu 6 jam saja produk tersebut terjual habis. namun Jeff Bezos percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Amazon. Belum ada satupun produk yang tidak bisa mereka jual secara online. Ia pun percaya masih sangat banyak inovasi yang bisa ditemukan dan masih banyak hal atau peluang yang menunggu untuk ditemukan di masa depan.
Berkat pola pikir Jeff Bezos yang unik sehingga membuat Amazon menjadi seperti yang kita lihat saat ini. Dimana perusahaan tersebut terus berevolusi, membuat  aturan main sendiri dan akan terus bergerak maju.
Usai mengalami kesulitan di tahun-tahun awal, Sekarang Amazon Pun sudah menjadi toko yang serba ada. Meskipun Jeff Bezos percaya bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Tapi keuntungan Amazon ketika buku ini dirilis pada tahun 2013 sudah mencapai 75 Miliar USD/tahun.

Closing
Intinya kalau Jeff Bezos yang memiliki kekayaan bersih mencapai 200 miliar USD masih mau untuk terus melakukan inovasi dan mencoba berbagai bidang baru, berarti kita harus bisa mencontoh semangatnya. Kita semua dapat bermimpi, namun jika ingin menjadi orang sukses maka kejarlah mimpi itu jangan hanya berada dalam angan-angan, lakukan mulai sekarang!
Quotes
Lebih mudah menciptakan masa depan dari pada meramalnya.
Beberapa investasi ini akan berhasil, selebihnya tidak, tapi kita akan tetap dapat pelajaran yang berharga dari keduanya.
Kita perhatikan apa yang dilakukan kompetitor, tapi bukan kesitu larinya energi kita.