Totalitas, Kunci Karir yang Cemerlang

“Jangan selalu bersikap setengah-setengah kalau ingin muncul ke permukaan”. Artinya, kalau kamu ingin mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan maka kamu harus totalitas. Totalitas sangatlah penting, terlebih jika kamu ingin memiliki karir yang cemerlang di usia muda.

Totalitas, Kunci Karir yang Cemerlang

Tahukah kamu apa itu totalitas? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), totalitas dapat diartikan sebagai keutuhan atau keseluruhan. Dalam dunia kerja, kita bisa mengartikan sikap totalitas sebagai sebuah sikap/perilaku untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sepenuh hati, bersungguh-sungguh dan penuh perencanaan yang matang. Lalu, apa Manfaat Totalitas ini? Salah satunya adalah kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu dengan hasil terbaik.

Apakah totalitas dan produktivitas yang tinggi saling berhubungan?

Totalitas dan produktivitas adalah 2 hal yang sama-sama penting. Keduanya harus kamu terapkan ketika sedang bekerja. Produktif sendiri dapat kita artikan sebagai bentuk dari suatu sikap dimana seseorang ingin selalu berkarya untuk menciptakan/mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Dengan menjadi produktif, kamu bisa lebih memanfaatkan waktumu dengan baik dan tidak membuang-buangnya secara percuma unntuk melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat.

Sikap totalitas dan produktif itu saling berhubungan dan keduanya harus berjalan dengan seimbang. Jadi, saat kamu memutuskan untuk melakukan segala hal dengan totalitas, maka kamu juga harus mempertimbangkan segi produktivitas juga agar Manfaat Totalitas tersebut bisa kamu rasakan secara maksimal.

Produktivitas tanpa totalitas

Bagaimana jadinya apabila seseorang terlalu mengedepankan produktivitas tanpa totalitas? Maka, orang tersebut hanya akan terpaku pada “seberapa banyak yang dapat dihasilkan”, bukan “seberapa baik kualitas pekerjaan yang dihasilkan”. Kamu akan terpaku pada pekerjaan berdasarkan aspek kuantitatifnya bukan kualitatifnya.

Contohnya seperti ini :

Raya adalah seorang penulis. Ia ingin menulis dan menerbitkan buku sebanyak 6 buah buku per tahun. Untuk mencapai target tersebut, Raya berusaha untuk untuk seproduktif mungkin. Ia mulai mempersingkat waktu yang digunakan untuk melakukan riset dan lebih banyak mencetak isi buku. Baginya, semakin cepat buku itu selesai maka akan semakin baik efeknya.
Alhasil, dalam 1 tahun Raya memang dapat menyelesaikan 6 buku. Tapi meskipun ide dan gaya penulisan Raya cukup atraktif, buku tersebut terasa kurang ”dalam” pembahasannya. Hal ini disebabkan karena Raya melewatkan beberapa riset yang sangat penting untuk memperdalam isi bukunya. Selain itu, ada banyak typo serta kalimat yang terasa kurang “menyatu”. Hal ini tentunya membuat kualitas buku yang dihasilkan Raya menurun. Alhasil, pembaca menjadi kecewa dan tingkat penjualan buku yang ditulis Raya hanya sedikit.

Kuantitas tanpa totalitas

Nah, itu adalah contoh kasus ketika kita hanya terpaku menyelesaikan pekerjaan sebanyak mungkin tanpa mempertimbangkan kualitasnya. Bagaimana kalau Raya mengedepankan totalitas serta produktifitas secara bersamaan? Mungkin, hasil akhir yang akan didapatkan Raya berbeda.

Contoh :

Raya berhasil menerbitkan 1 buah buku dalam 1 tahun. Selama 1 tahun pengerjaan buku tersebut, Raya sangat produktif melakukan riset untuk memperdalam isi buku, menulis buku dan kemudian mengevaluasinya lagi sebelum menyerahkannya kepada penerbit.
Selama 1 tahun tersebut, Raya berupaya semaksimal mungkin untuk menyempurnakan buku yang dibuatnya. Alhasil, buku tersebut memang sangat berkualitas. Para pembaca menyukainya dan tingkat penjualan buku tersebut sangat tinggi.

Rupawan People, dari 2 kasus di atas mana yang sekiranya ingin kamu pilih? Kerja seproduktif mungkin tanpa totalitas? Atau mengkombinasikan keduanya?

Pilihan kedua mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu. Namun, Manfaat Totalitas yang kamu lakukan tak akan mengecewakan.

Semoga bermanfaat,